Khutbah Jumat | 19 June 2009

It’s like a deja vu. Setahun yang lalu, saya dan mungkin teman-teman yang lain mendengarkan hal yang sama dengan ini.

Ia juga memberikan nasihat bahwa seorang pemimpin justru harus semakin mendekatkan dirinya kepada Allah agar ia selalu ingat ketika hendak berbuat dosa.

Mungkin ini sebagai pengingat juga bagi diri sendiri (yang sudah lulus S1 dan sedang pengangguran -_-) jika suatu saat memegang jabatan penting di suatu institusi. Ya, semakin besar tanggung jawab yang kita pegang, semakin kita harus mendekatkan diri kepada Pencipta kita. Karena apapun tindakan yang kita ambil akan mempengaruhi kehidupan banyak orang. Mungkin dalam momen Pemilu tahun ini, parameter ini bisa kita gunakan untuk memilih pemimpin kita nanti 5 tahun ke depan.

2 Comments

Filed under Islam, ITB, Khutbah Jumat

SBY-Budiono Kenapa Diprotes?

Hampir semua orang tahu tentang pengumuman pencalonan pasangan pencalonan SBY-Budiono ini, atau dengan jargonnya SBY Berbudi. Ya, iyalah, diliput Metro TV selama satu jam πŸ˜€ Satu-satunya yang pengumuman pencalonannya paling bombastis dan menarik dibandingkan dengan calon-calon lainnya. Belum lagi pidato kedua pasangan SBY Budiono + pembacaan persetujuan dari gabungan partai-parta koalisinya yang cukup meyakinkan πŸ˜€ Memang SBY Berbudi ini patut dipuji untuk soal komunikasi massanya. EO ama humasnya tum sukses SBY Budiono ini keren banget.

Semua orang juga tahu kalau SBY Budiono ini mengumumkan pengokohon pencalonan capres cawapresnya di Gedung Sabuga ITB. Nah yang ini banyak bikin mahasiswa ITB yang mau pulang kuliah menggerutu :D. Saya harus jalan dari gerbang belakang ke gerbang depan sejauh 300m untuk nyari angkot Sadang Serang – Caringin dan acara kuliah umum operation research dari Pak Paulus Suryono, Chevron, Β atas undangan OPPINET ITB harus dipercepat. Belum lagi ribuan mahasiswa yang harus jalan kaki ke tempat kos mereka di sekitar Cisitu + Taman Hewan dan motornya kejebak πŸ˜†

Pilihlah pasangan yang terbaik. Jika tidak ada satu pun yang memenuhi kriteria, maka pilihlah yang terbaik dari yang buruk-buruk itu.

Nah, ketika saya berjalan kaki dari gerbang belakan ke gerbang depan tersebut, ada sekumpulan massa dari KAMMI (saya inget banget benderanya lagi dikibar-kibarin di mobuil pickup) sedang berdemonstrasi di depan Kebun Bonbin. Jelas ini bukan lagi ngedemo Bonbin yang kata mitos gak jelas bisa bikin mahasiswa ITB yang masuk jadi lama lulus, ya :P. Ya, isi demonya seputar penentangan SBY berpasangan dengan Budiono karena (katanya) Budiono menganut paham neo-liberal.

Nah, itu yang mau jadi topik pembahasan saya kali ini. Entah untuk apa alasan KAMMI memprotes keputusan SBY untuk memilih Budiono sebagai pasangannya tersebut. Karena dalam mata orang awam seperti saya, tidak ada tindakan yang sama sekali salah dari SBY tersebut dalam memilih Budiono (mungkin kecuali karena komunikasi satu arah SBY terhadap koalisinya). Saya pikir suka-suka SBY, dong, mau memilih cawapres sama siapa saja. Toh cuman cawapres, bukan wapres beneran. Tidak akan timbul yang namanya aset-aset negara diprivatisasi atau penambahan pinjaman IMF dan lainnya. Itupun kalo benar Budiono berpaham neoliberal. Dengan demikian, di mata saya KAMMI sibuk berkoar-koar hanya mengutarakan sesuatu yang belum pasti dan terkesan memaksakan kehendak.

Dalam logika rasional saya, yang saya lakukan ketika saya tidak suka dengan satu pasangan capres-cawapres yang ada adalah dengan memilih pasangan lainnya. Jika tidak ada pasangan yang lebih baik daripada SBY-Budiono ataupun memang tidak ada sama sekali yang sesuai dengan kriteria, maka pilihlah yang terbaik dari yang terburuk itu. Misalnya, saya merasa bu Mega tidak cocok dengan kriteria yang saya ketahui, lalu apakah saya harus mendemo agar bu Mega mengundurkan diri dari pencalonan capres? Toh masih ada dua pilihan lain yaitu JK-Win dan SBY Budiono.

Jadi, bagi saya yang orang awam ini, tindakan KAMMI itu hanya ekspresi emosional semata ketika pasangan yang mereka jagokan, dalam hal ini mungkin SBY, ternyata berpasangan dengan figur yang menurut mereka tidak sesuai dengan kriteria yang dimiliki. Padahal PKS sendiri akhirnya setuju πŸ˜€ Sangat disayangkan memang, mengingat terdapat cukup banyak massa dari ITB di KAMMI yang seharusnya dapat berpikir secara lebih rasional. Kalo berpikir emosioanal semata, bisa-bisa adu jotos seperti yang sering terjadi di DPR atau seperti kemaren pas wisuda April tuh.

8 Comments

Filed under ITB, Uneg-Uneg

Masuk situs ITB lagi :P

At least masuk walaupun cuman jadi figuran :P.

Tim ITB Raih Meritorius Winner Dalam Kontes Modeling Matematika Dunia

….Dua Tim ITB lainnya, yakni Citra Ramadiana, Gusti Intania, Dinar Rachmi, dibawah bimbingan Prof. Edy Soewono, dan Andrew Raymond, Zulkarnain, Aditya, dibawah bimbingan Dr. Kuntjoro AS, memperoleh penghargaan sebagai Successful Participants….(read more)

NB: Oi, Kris, nama saya salah ketik itu <_< Gak pake huruf ‘w’. Tahpapa, padahal dah kenal setahun lebih -_-.

5 Comments

Filed under ITB, MCM

Kenangan dari BITS

BITS - Buletin IT di ComLabs
Sebenarnya proses masuknya saya ke dalam BITS ini sebuah mujizat. Saya yang super sibuk (mungkin πŸ˜› , -red) secara default pasti menolak. Beruntung kerjaan di Unit Pelatihan ComLabs ITB sebagai Internal Monitoring lepas karena restrukturisasi UP. Walhasil saya jadi pengangguran di ComLabs. Kebetulan bu Pimrednya nawarin saya tuk bantu ngedesain cover BITS. Saya terima berhubung malu kalau cuman nyampah di ComLabs. Ngabisin tempat make mekbuk. Lagian kerjaannya lumayan menantang tuk mengasah skill. Cover designer itu diberi wewenang mendesain sebrutal mungkin, batasannya dikit. Yang penting sesuai tema. Kapan lagi saya bisa mendesain full power? :-D.

Beberapa hasil design cover saya

Beberapa hasil design cover saya

Dalam perjalanannya, saya menjadi kru serbaguna. Nama saya bertebaran di setiap BITs menjadi penulis artikel dan model. Continue reading

10 Comments

Filed under BITS, ITB

Perhitungan Harga Opsi Vanilla dengan Menggunakan Metode Binomial dan Trinomial

Ini sebenarnya cuman tugas kuliah Komputasi Keuangan. Tujuannya itu untuk bisa mensimulasikan harga saham dari waktu ke waktu dan menghitung harga opsi standar Amerika dan Eropa berdasarkan harga saham itu. Metode yang digunakan itu metode lattice binomia dari Cox, Ross, dan Rubenstein (1979) dan metode trinomial standar yang diusulkan Hull (2002). Untuk memudahkan pengguna, digunakan bahasa scripting VBA dari Excel :D. Buat yang mau Excelnya, kontak saja saya. PDF terlampir di bawah.

Pendahuluan

Rumus perhitungan opsi menggunakan Black-Scholes sangat popular digunakan. Akan tetapi, rumus tersebut memilliki batasan yaitu hanya bisa digunakan untuk menghitung opsi tipe Eropa dan call Amerika yang memiliki sifat seperti opsi call Eropa. Sedangkan, di bursa saham terdapat opsi-opsi lain yang tidak memiliki rumus eksak untuk menghitungnya.

Misalnya, opsi put Amerika yang memiliki fasilitas early exercise dan opsi Asian yang nilainya tergantung dari rata-rata harga saham sampai maturity time. Untuk itu, diperlukan metode numerik untuk menghitung harga opsi tersebut. Metode yang paling popular adalah metode lattice binomial dan trinomial. Kedua metode numerik tersebut memodelkan pergerakan harga saham hingga maturity time secara sederhana untuk menghitung harga opsi pada saat sekarang. Lebih lanjutnya, hasil perhitungan nilai opsi Eropa menggunakan metode binomial akan konvergen menuju nilai opsi Black-Scholes bila banyak langkah yang diambil cukup besar.

Screenshot Interface VBA

Screenshot Interface VBA

PDF -> Menentukan Harga Opsi Vanilla dengan Menggunakan Metode Binomial dan Trinomial

14 Comments

Filed under ITB, Paper